Kamis, 02 Oktober 2014


Evolutionary model (aka successive versions or incremental  model):
  • Sistem ini dipecah menjadi beberapa modul yang dapat diimplementasikan secara bertahap dan disampaikan.

Pertama mengembangkan modul inti dari sistem.
Kerangka produk awal yang disempurnakan menjadi tingkat peningkatan kemampuan:
  • dengan menambahkan fungsi baru pada versi berikutnya.

Berturut-turut versi produk:
  • sistem berfungsi mampu melakukan beberapa pekerjaan yang berguna.
  • Rilis baru dapat mencakup fungsi baru:

    • juga fungsi yang ada dalam rilis saat ini mungkin telah ditingkatkan.

Keuntungan Evolutionary Model 

Pengguna mendapatkan kesempatan untuk bereksperimen dengan sistem sebagian dikembangkan:
  • banyak sebelum versi penuh bekerja dilepaskan,

Membantu menemukan kebutuhan pengguna yang tepat:
  • banyak sebelum sistem kerja sepenuhnya dikembangkan.

Core modul bisa diuji secara menyeluruh:

  • mengurangi kemungkinan kesalahan dalam produk akhir.


Kekurangan Evolutionary Model

Seringkali, sulit untuk membagi masalah menjadi unit-unit fungsional:
  • yang dapat diimplementasikan secara bertahap dan disampaikan.
  • evolutionary model ini berguna untuk masalah yang sangat besar,
    • mana lebih mudah untuk menemukan modul untuk implementasi tambahan.


Evolutionary Model with Iteration

Banyak organisasi menggunakan kombinasi berulang dan pengembangan inkremental:
  • rilis baru mungkin termasuk fungsi baru
  • fungsi yang ada dari rilis saat ini mungkin juga telah dimodifikasi.

Beberapa keuntungan:
  • Pelatihan dapat mulai pada rilis sebelumnya
    • umpan balik pelanggan diperhitungkan
  • Pasar dapat dibuat:
    • untuk fungsionalitas yang belum pernah ditawarkan.
  • Rilis Sering memungkinkan pengembang untuk memperbaiki masalah tak terduga dengan cepat

Incremental process model / Iterasi
Model incremental (Incremental waterfall model) merupakan perbaikan dari  model waterfall dan sebagai standar pendekatan top-down. Ide dasar dari model ini adalah membangun software secara meningkat (increment) berdasarkan kemampuan fungsional. Model incremental ini diaplikasikan pada sistem pakar dengan penambahan rules yang mengakibatkan bertambahnya kemampuan fungsional sistem.

Kelebihan Incremental Model:
1.                  Personil bekerja optimal.
2.                  Dapat mengakomodasi jika terjadi perubahan pada tahapan pengembangan yang telah dilaksanakan.
3.                  Pihak konsumen dapat langsung menggunakan dahulu bagian-bagian yang telah selesai dibangun. COntohnya pemasukan data karyawan.
4.                  Mengurangi trauma karena perubahan sistem.  Klien dibiasakan perlahan-lahan menggunakan produknya bagian per bagian.
5.                  Dapat disesuaikan agar system bisa dipakai selama hidup software computer.
6.                  Memaksimalkan pengembalian modal investasi konsumen.
7.                  Cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.

Kelemahan Incremental Model:
1.                  kemungkinan tiap bagian tidak dapat diintegrasikan.
2.                  Hanya berlaku untuk Short-Lifetime system.
3.                  Dapat menjadi build and Fix Model, karena kemampuannya untuk selalu mendapat perubahan selama proses rekayasa berlangsung
4.                  Memerlukan alat ukur kemajuan secara regular.
5.                  Memerlukan tenaga ahli dengan kemampuan tinggi.

Spiral model
Model spiral adalah model proses perangkat lunak yang evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototipe dengan cara kontrol dan aspek sistematis dari model sekuensial linier. Model itu berpotensi untuk pengambangan versi pertambahan perangkat lunak secara cepat.

Kelebihan model Spiral :
1.    Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak komputer.
2.    Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
3.    Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi  terhadap resiko  setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.
4.    Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di dalam evolusi produk.
5.    Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke dalam kerangka kerja iteratif.
6.    Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi resiko sebelum menjadi permaslahan yang serius.

Kelemahan model Spiral:
1.    Sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini bisa dikontrol.
2.    Memerlukan  penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika  resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
3.    Butuh  waktu lama untuk menerapkan paradigma ini  menuju kepastian yang absolut.
Formal Method Model
             Pada model ini, yang digunakan disini adalah notasi matematika yang terperinci dan penuh ketelitian dalam mengidentifikasi desain dan menguji sistem yang berbasis komputer. Metode ini sering dipakai untuk spesifikasi yang detail, rancangan dan verifikasi pada bagian-bagian sistem yang penting (bersifat kritikal) seperti pada sistem avionic dan aerospace, serta pada sistem keamanan yang kritikal pada monitor jantung, ATM (Anjungan Tunai Mandiri) dan pada perbankan.dan secara khusus, metode formal sangat cocok dijalankan pada sistem yang kompleks.

  • Kelebihan model ini adalah pengurangan waktu dan peningkatan produktivitas yang besar.
  • Kekurangan model ini adalah kemungkinan akan sulit memanfaatkan alat bantu/peralatan/tools 4GT dibandingkan dengan menggunakan bahasa pemrograman yang konvensional, selain itu terdapat juga masalah dalam hal kode sumber yang tidak efisien. Di samping itu, pemeliharaan sistem software besar yang dikembangkan oleh 4GT juga masih sedang dalam proses pengkajian.
Model ini diaplikasikan untuk mengembangkan perangkat lunak yang memakai bentuk bahasa khusus atau notasi grafik yang dieksekusi/diselesaikan dengan syarat atau ketentuan yang dipahami oleh pemakai/pengguna/kustomer.


Component-based Development Model
Component-based development sangat berkaitan dengan teknologi berorientasi objek. Pada pemrograman berorientasi objek, banyak class yang dibangun dan menjadi komponen dalam suatu software. Class-class tersebut bersifat reusable artinya bisa digunakan kembali. Model ini bersifat iteratif atau berulang-ulang prosesnya.
Secara umum proses yang terjadi dalam model ini adalah:
1.    Identifikasi class-class yang akan digunakan kembali dengan menguji class tersebut dengan data yang akan dimanipulasi dengan aplikasi/software dan algoritma yang baru
2.    Class yang dibuat pada proyek sebelumnya disimpan dalam class library, sehingga bisa langsung diambil dari library yang sudah ada. Jika ternyata ada kebutuhan class baru, maka class baru dibuat dengan metode berorientasi objek.
3.    Bangun software dengan class-class yang sudah ditentukan atau class baru yang dibuat, integrasikan.

Penggunaan kembali komponen software yang sudah ada menguntungkan dari segi:

► Siklus waktu pengembangan   software, karena   mampu   mengurangi
          waktu 70%
► Biaya produksi berkurang sampai 84% arena pembangunan komponen
     berkurang

Pembangunan software dengan menggunakan komponen yang sudah tersedia dapat menggunakan komponen COTS (Commercial off-the-shelf) – yang bisa didapatkan dengan membeli atau komponen yang sudah dibangun sebelumnya secara internal. Component-Based Software Engineering (CBSE) adalah proses yang menekankan perancangan dan pembangunan software dengan menggunakan komponen software yang sudah ada. CBSE terdiri dari dua bagian yang terjadi secara paralel yaitu software engineering (component-based development) dan domain engineering.

  Win-Win Spiral Model   
  Eliciting kebutuhan PL yang didefinisikan melalui negosiasi antara pelanggan dan developer, di mana tiap pihak berusaha menyeimbangkan teknik dan batasan bisnis.
  Concurrent Development Model Mirip Spiral model, biasa digunakan dalam pengembangan aplikasi client / server. 
  Component-Based Development Variasi Spiral model di mana aplikasi dibangun dari komponen PL prepackage yang disebut class


Tidak ada komentar:

Posting Komentar